Sabtu, 18 Desember 2010

Sahabat sejati sampai mati

  "Sumpah,gue jijik banget liat muka loe .... !!!" Kata Zahara seraya melemparkan sebuah batu kerikil ke sungai.
"Kenapa,Ra ?" Firman menepuk pundak Zahara.
"Gue benci liat muka 'tu cowok !" Bentak Zahara.
"Loe kaga' boleh gitu,Ra. Masih banyak tuh' cowok di dunia ini,bukan cuman dia." Firman menasehati Zahara.
Tanpa banyak bicara,bergegas Zahara berdiri. "Fuck buat para cowok ! Najis gue pacaran .." Nampak air mata membasahi pipi Zahara yang kemudian pergi meninggalkan sungai yang berada di tengah hutan itu.
"Halah anak cewek bisanya kaya begitu mulu,baru di putusin cowok langsung putus asa...hahah untung gue bukan cewek...!" Firman terkekeh menertawakan sifat sahabatnya itu.
  Zahara  dan Firman telah lama menjalin sebuah persahabatan,kurang lebih tiga tahun. Dari mulai masuk SMP kelas 7 sampai sekarang ini persahabatan mereka berjalan dengan begitu harmonis.
"Loe cerita dong sama gue,loe punya masalah apa ? Kalau gue bisa bantu kita pecahin masalah ini bareng-bareng. Jangan ditanggung sendiri..." Kata Firman sambil mengikuti langkah kaki Zahara yang begitu cepat. Tak terdengar sepatah kata pun  yang terlontar dari mulut Zahara,hanya kegelisahan hati yang bisa ia tampakan pada dirinya. Ternyata kegelisahan itu membuat Firman khawatir.
  Tanpa rasa lelah Firman terus saja mengikuti langkah Zahara. "Langkah loe kaya ngga ada ujungnya,Ra.." Seru Firman sambil memandangi lingkungan sekitar hutan itu.
"Ngapain juga loe ikutin gue ?" Jawab Zahara dengan nada yang tertahan bagaikan suara orang yang tak bernyawa lagi.
" Lho kok gitu sih,Ra ?" Firman menghentikan langkahnya. "Dengerin gue ya,gue pengen sendirian dulu,gue ngga mau diganggu sama siapapun. Jadi,gue mohon sama loebiarin gue sendiri di sini,ok ?" Kata Zahara mulai melemah. "Ok kalau itu mau loe,gue turutin." Kata Firman sambil pergi berlalu meninggalkan Zahara di tengah hutan yang gelap. Tetapi,nyatanya Firman tidak pergi meninggalkan Zahara,ia hanya bersembunyi di balik semak-semak untuk memata-matai Zahara.
  Tak terdengar suara apa pun dari hutan itu,hanya lolongan anjing yang terdengar hanya untuk memperindah suasana hening di kala itu. Tetesan air mata bergelinang di kedua pipi Zahara,isak tangis semakin membuat Zahara terlarut dalam kesenduan hatinya. Kebahagiaan yang ia miliki selama ini sirna begitu saja bagaikan debu yang tertiup angin,tak tersisa sedikit pun.
"Zahara ngapain sih di hutan kaya gini,pake pengen sendirian lagi?" Bisik Firman dalam hati.
Tak begitu lama Zahara pun berkata " Tuhan,lebih baik kau ambil nyawaku daripada aku terbiarkan tenggelam dalam rasa cemburu dan takut akan kehilangan sebuah makna cinta,dan aku mohon buanglah rasa cintaku ini jika kau tak menghendaki aku bahagia bersamanya...," Kata-kata itu sontak memecahkan keheningan di sore itu.
"Dan satu lagi pintaku,tolong jaga Firman ya Tuhan,jaga dia dari pergaulan yang negatif jangan sampai dia terpengaruh ... tuntunlah dia kejalan yang benar." Sambung Zahara sambil mengeluarkan sebilah pisau tajam dari dalam tasnya.
Hanya dalam waktu beberapa detik cucuran darah begitu banyak keluar dari pergelangan tangan Zahara. Sontak teriakan Firman membuat suasana semakin mencekam,teriakan itu terdengar bagaikan halilintar yang menggelegar. "Ra,kenapa loe lakuin ini semua ? Loe tau ngga,loe tuh' udah nyakitin diri loe sendiri ...!!" Firman merangkul raga Zahara yang mungkin tak bernyawa lagi
"Kalau kaya gini,mendingan gue mati juga.." Kata - kata itu menyertai Firman yang hendak bunuh diri. Tusukan demi tusukan kini telah dibuatnya.
Sekarang yang tersisa hanyalah dua raga yang tak bernyawa lagi. Dan sekarang kedua sahabat itu telah pergi meninggalkan dunia nyata,menuju alam akhirat.



  THE END

Kamis, 07 Oktober 2010

My best friends

you come in my life
you stay in my heart,forever...
you never let me go...
i'm  hope our friendship never broken..

you'll never make me angry
you'll never make me disappointed
you always in my life,
I'll never let you go from my life ...

friends, do you remember the things of yesterday ?
you promise with me that you and me always here ...
true in our friendship  .....
we can find complication in our life ...
but  you and me can finishing it ......


Thus, you and I am always right till we die

Kamis, 30 September 2010

Emma Watson Ikut Bintangi Film Marilyn Monroe

Aktris remaja Emma Watson akhirnya mendapatkan peran baru setelah merampungkan seri terakhir 'Harry Potter'. Emma akan ikut tampil di film biopik aktris legendaris Marilyn Monroe. Seperti dilansir Aceshowbiz, Minggu 26 September, Emma sepakat untuk menyumbangkan aktingnya di 'Week with Marilyn'. Perempuan berusia 20 tahun itu akan beradu akting dengan Michelle Williams, Eddie Redmayne dan Kenneth Branagh.

Di 'Week with Marilyn', Emma akan berperan sebagai Lucy, salah satu asisten Marilyn. Sementara, tokoh Marilyn diperankan oleh Michelle Williams. 'Week with Marilyn' akan digarap oleh sutradara Simon Curtis. Film tersebut diadaptasi dari buku harian karya Colin Clark. Buku harian itu menampilkan hari-hari Marilyn Monroe ketika menggarap film 'The Prince and the Showgirl', pada 1957 silam di London, Inggris. Rencananya, 'Week with Marilyn' akan mulai proses syuting pada 4 Oktober di studio Pinewood. Film tersebut pun dijadwalkan rilis pada akhir 2010

Emma Watson dan Samuel L Jackson termasuk sebagai artis berpenghasilan terbesar.

Emma Watson dan Samuel L Jackson termasuk sebagai artis berpenghasilan terbesar. The Guinness Book of World Records mengumumkan Watson berada di peringkat teratas sebagai artis wanita dengan pendapatan terbesar.

Emma berada pada posisi pertama dengan pendapatan terbesar sebesar USD 5,4 miliar. Bintang kelahiran Perancis, 15 April 1990 mendapatkan uang sebesar tersebut dari penghasilannya selama membintangi film 'Harry Potter' yang laris manis dan menjadi box office dalam kurun waktu 10 tahun ini. Demikian seperti dikutip dari Hollyscoop, Kamis 17 Desember 2009.

Nama Emma Watson memang semakin populer sejak membintangi film tersebut. Perolehan penghasilan Emma itu lebih besar dari lawan mainnya di film tersebut yakni Daniel Radcliffe dan Rupert Grint.

Sedangkan Samuel L Jackson menjadi aktor dengan penghasilan tertinggi sebanyak USD 7,42 miliar. Tetapi, menurut Entertainment Weekly yang menduduki posisi pertama adalah aktor Orlando Bloom yang mengumpulkan penghasilannya sebesar USD 6,5 miliar dari penjualan tiket film 'Pirates of the Caribbean' dan 'The Lord of the Rings. Sementara Samuel L Jackson itu terpilih menurut Guinness Book of World Record.

Minggu, 12 September 2010

MantRa-manTra HarrY poTter

 Inilah diantaranya,mantra-mantra yang sering terlontar dalam film Harry Potter :
ACCIO Membuat benda melayang mendekati pemantra, meskipun dari jarak yang cukup jauh. Catatan : Pemantra sedikitnya harus tahu benar letak benda yang ia cari.

ALOHOMORA Membuka pintu atau jendela yang terkunci

APPARATE Muncul di tempat manapun yang diinginkan. Catatan : Hanya boleh dilakukan oleh penyihir berusia minimal 17 tahun dan telah lulus tes. Tidak dapat dipergunakan di lingkungan Hogwarts, serta merupakan salah satu mantra yang sulit dan kompleks, salah sedikit saja dapat membuat salah satu anggota tubuh si pemantra tertinggal di tempat asalnya sebelum ia berpindah.

AVADA KEDAVRA Salah satu Kutukan Tak Termaafkan. Menyebabkan kematian seketika. Saat dirapalkan, akan ada kilatan cahaya berwarna hijau dan biasanya tidak meninggalkan bukti kerusakan pada tubuh maupun sebab kematian sehingga tidak dapat dideteksi oleh otopsi kaum Muggle.

AVIS Mengeluarkan burung kecil.

CRUCIO Salah satu dari tiga Kutukan Tak Termaafkan. Kutukan ini menyebabkan korban mendapatkan kesakitan yang tak tertahankan. Beberapa korban kutukan ini menjadi gila.

DELETRIUS Menghapus bayangan hantu yang dihasilkan oleh mantra Priori Incantatem.

DENSAUGEO Membuat gigi terus membesar

DIFFINDO Merobek sesuatu (seperti tas).

DISAPPARATE Menghilang dari suatu tempat. (kebalikan dari mantra Apparate)

DISSENDIUM Membuka pintu rahasia.

ENGORGIO Membuat ukuran target menjadi berlipat ganda.

ENNERVATE Menyadarkan orang yang pingsan

EXPECTO PATRONUM Menciptakan Patronus (pelindung) untuk mengusir Dementor. Catatan : Sebentuk asap keperakan akan keluar dari ujung tongkat sihir saat menggunakan mantra ini. Bentuknya bermacam-macam, biasanya binatang. Kuat tidaknya Patronus, tergantung kepada kekuatan pikiran pemantra. Patronus adalah perwujudan pikiran-pikiran baik dan bahagia pemantra.

EXPELLIARMUS Melucuti senjata lawan.

FERULA Membalut dan membelat kaki yang patah.

FIDELIUS Menyembunyikan seseorang atau beberapa orang. Catatan : Mantra ini sangat rumit dan kuat, karena dapat menyembunyikan seseorang maupun beberapa orang sekaligus dari orang-orang yang mencari.

FINITE INCABTATUM Menghentikan mantra-mantra yang sedang bekerja.

FURNUNCULUS Menyebabkan bisul bermunculan di seluruh wajah.

IMPEDMENTA Menghentikan atau memperlambat sebuah obyek.

IMPERIO Salah satu Kutukan Tak Termaafkan. Kutukan ini membuat korban menjadi sepenuhnya dibawah pengaruh perapal mantra, dan melakukan apa pun yang diinginkan oleh sang pemantra.

IMPERVIUS Membuat sesuatu jadi tahan / kedap air.

INCEDIO Menyalakan api.

LOCOMOTOR MORTIS 'Mengikat' kaki korban, sehingga tidak dapat berjalan.

LUMOS Menyalakan sebuah cahaya kecil di ujung tongkat.

MOBILICORPUS Menggerakkan atau memindahkan tubuh seseorang. Catatan : Biasanya digunakan saat korbannya dalam keadaan tidak sadar atau tidak berdaya.

MORS MORDE Memunculkan gambar tengkorak yang bercahaya, di langit, dan seekor ular keluar dari mulut tengkorak. Merupakan tanda Lord Voldemort dan para pengikutnya.

NOX Mematikan cahaya di ujung tongkat (kebalikan mantra Lumos).

OBLIVIATE Menghapus atau memodifikasi ingatan seseorang

ORCHIDEUS Mengeluarkan sebentuk karangan bunga dari ujung tongkat.

PETRITICUS TOTALUS Membuat sekujur tubuh korban menjadi kaku

PRIOR INCANTATO Mengeluarkan bayangan hantu dari tongkat

QUIETUS Membuat suara perapal mantra menjadi normal, setelah memakai mantra Sonorus.

REDUCTO Menghancurkan benda padat yang menghalangi jalan.

REPARO Mengembalikan keadaan suatu benda ke keadaan sebelum benda itu rusak.

RICTUSEMPRA Membuat korban terbahak-bahak tanpa dapat mengontrolnya.

RIDDIKULUS Mantra untuk menghadapi Boggart. Catatan : Mantra ini membuat Boggart berubah menjadi apa pun yang kita suka, sehingga tidak menakutkan lagi (karena Boggart dapat berubah menjadi apa saja yang menjadi ketakutan terbesar korbannya)

SERPENSORTIA Mengeluarkan ular besar dari ujung tongkat yang mengarah ke lawan pemantra

STUPEFY Membuat korban menjadi tidak sadar.

TARANTALLEGRA Membuat kaki korban bergerak tanpa kendali, seperti sedang berdansa cepat

WADDIWASI Mengeluarkan sebuah benda dan membuangnya ke arah tertentu.

WINGARDIUM LEVIOSA Menerbangkan benda.

Sabtu, 11 September 2010

SINOPSIS DARI NOVEL HARRY POTTER 7

harry-potter-uk-covers.jpg
Buku ketujuh diawali dengan Voldemort dan para Pelahap Mautnya di rumah Lucius Malfoy, yang merencanakan untuk membunuh Harry Potter sebelum ia dapat bersembunyi kembali. Meminjam tongkat sihir Lucius, Voldemort membunuh tawanannya, Profesor Charity Burbage, guru Telaah Muggle di Hogwarts, atas alasan telah mengajarkan subyek tersebut dan telah menganjurkan agar paradigma kemurnian darah penyihir diakhiri.
Harry telah siap untuk melakukan perjalanannya dan membaca obituari Albus Dumbledore; dan terungkaplah bahwa ayah Dumbledore, Percival, adalah seorang pembenci non-penyihir dan telah membunuh banyak Muggle, dan meninggal di Penjara Azkaban atas kejahatannya. Harry kemudian meyakinkan keluarga Dursley bahwa mereka harus segera meninggalkan rumah mereka untuk menghindarkan diri dari para Pelahap Maut. Keluarga Dursley kemudian pergi menyembunyikan diri dengan dikawal sepasang penyihir setelah sebelumnya Dudley melontarkan pengakuan bahwa ia peduli akan Harry.
Bersama-sama dengan anggota Orde Phoenix, Harry kemudian pergi dari rumah Dursley ke The Burrow. Dalam perjalanan itu, Hedwig, burung hantu Harry, terbunuh oleh kutukan pembunuh; George Weasley kehilangan sebelah telinganya; Mad-Eye Moody dibunuh oleh Voldemort sendiri. Belakangan, Harry mendapatkan penglihatan mengenai pelariannya; tongkat sihirnya telah bereaksi dengan tongkat sihir pinjaman Voldemort, menghancurkannya, dan ia juga kemudian mendapatkan penglihatan ketika Voldemort menanyai Ollivander si pembuat tongkat sihir, mengenai mengapa hal itu dapat terjadi.
Beberapa hari kemudian, Menteri Sihir tiba di kediaman Weasley dan memberikan warisan Dumbledore untuk mereka: Delumintaor untuk Ron (alat seperti korek api yang dapat memadamkan cahaya); buku mengenai kisah anak-anak untuk Hermione; dan untuk Harry, pedang Godric Gryffindor dan snitch pertama yang ditangkap Harry. Namun demikian, pedang tersebut ditahan, karena menurut kementerian pedang tersebut bukanlah milik Dumbledore. Ketiganya berusaha mencari tahu apa dibalik ketiga benda yang diberikan kepada mereka itu. Sehari kemudian adalah hari pernikahan Fleur Delacour dan Bill Weasley.
Setelah diberitakan bahwa Voldemort telah berhasil mengambil alih Kementerian Sihir; Harry, Ron, dan Hermione kemudian bersembunyi di Grimmauld Place nomor 12, rumah yang diwariskan Sirius Black kepada Harry. Ketiganya kemudian menyadari bahwa inisial R.A.B. pada liontin yang didapatkan Dumbledore dan Harry dalam buku keenam adalah Regulus Arcturus Black, adik Sirius. Mereka mulai mencari Horcrux yang dicuri Regulus di rumah keluarga Black itu. Dari Kreacher, mereka mengetahui bahwa ia telah membantu Regulus untuk mendampingi Voldemort menempatkan Horcrux berbentuk liontin itu di gua. Ketika Regulus merasa kecewa dengan Dumbledore, ia memerintahkan Kreacher untuk kembali ke gua dan menukar liontin dengan yang palsu. Regulus terbunuh dalam proses itu. Pada akhirnya, mereka bertiga menyadari bahwa Mundungus Fletcher telah mencuri liontin tersebut dan memberikannya kepada Dolores Umbridge.
Setelah selama satu bulan memata-matai Kementerian Sihir, ketiganya berhasil mengambil Horcrux dari Umbridge. Dalam prosesnya, tempat persembunyian mereka diketahui dan terpaksa melarikan diri ke daerah terpencil, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan tidak dapat lama tinggal di suatu tempat.
Dalam waktu beberapa bulan berpindah-pindah, mereka mendengar bahwa pedang Godric Gryffindor sebenarnya adalah palsu, dan ada yang melakukan sesuatu terhadap pedang aslinya. Dari Phineas Black, Harry mendapatkan bahwa pedang itu terakhir kali digunakan Dumbledore untuk menghancurkan salah satu Horcrux, Cincin Gaunt. Ron kemudian berselisih paham dengan Harry, dan pergi meninggalkan Harry dan Hermione. Harry dan Hermione kemudian pergi ke Godric’s Hollow untuk mencari tahu apakah Dumbledore telah meninggalkan pedang itu di sana.
Di Godric’s Hollow, keduanya mengunjungi tempat pemakaman keluarga di mana keluarga Potter dan Dumbledore dikuburkan. Di Godric’s Holow, mereka juga menemui Bathilda Bagshot, seorang kawan lama Dumbledore yang mengarang buku Sejarah Sihir. Di rumah Bagshot mereka menemukan gambar penyihir hitam Grindelwald, sanak Bagshot, yang pada masa lalu adalah kawan masa kecil Albus Dumbledore. Namun demikian, ternyata mereka terperangkap, karena “Bagshot” itu merupakan penjelmaan ular Voldemort, Nagini. Mereka berhasil melarikan diri dari Voldemort, tetapi tongkat sihir Harry hancur dalam kejadian itu.
Dalam pelarian mereka, Harry akhirnya menemukan bahwa pedang Godric Gryffindor tersembunyi di sebuah kolam beku di tengah sebuah hutan. Ia menyelam ke dalamnya dan mendapati pedang dan kalung liontin Horcrux Voldemort. Kalung itu mencoba mencekik Harry dan hampir menenggelamkannya hingga mati kalau tidak ditolong oleh Ron yang kembali. Keduanya menghancurkan Horcrux dengan pedang itu.
Ketiganya kemudian berbicara kepada Xenophilius Lovegood, ayah Luna Lovegood, dan menanyakan kepada mereka mengenai lambang Grindelwald yang telah berkali-kali muncul selama perjalanan mereka. Di rumah Lovegood, Harry, Ron, dan Hermione mendapatkan kisah penyihir kuno mengenai tiga bersaudara yang mengalahkan kematian, dan masing-masing mendapatkan benda sihir sebagai hasilnya – tongkat sihir yang tak terkalahkan (Elder Wand—tongkat sihir tetua), batu sihir yang dapat menghidupkan kembali yang telah mati (Resurrection Stone—batu kebangkitan), dan Jubah Gaib (jubah tembus pandang) yang tidak lekang oleh waktu. Harry menyadari bahwa jubah yang dimilikinya adalah adalah Jubah Gaib, dan segera menemukan bahwa Lovegood telah berkhianat dan menyerahkan mereka ke Kementerian. Luna, putrinya, telah ditawan dan Xenophilius berpikir untuk menyerahkan Harry Potter sebagai ganti tawanan. Ketiganya meloloskan diri dan berpikir untuk mengumpulkan ketiga benda sihir Deathly Hallows, untuk mengalahkan Voldemort.
Harry, Ron, dan Hermione kemudian tertangkap dan dibawa ke rumah Malfoy. Di sana, Hermione disiksa dan diinterogasi oleh Bellatrix Lestrange untuk mengetahui bagaimana mereka memperoleh pedang Godric Gryffindor, karena ia berpikir bahwa mereka telah mencurinya dari lemari besinya di Gringotts. Di bawah tanah, Harry dan Ron dipenjarakan bersama-sama dengan Dean Thomas, goblin Griphook, pembuat tongkat sihir Ollivander, dan Luna Lovegood. Harry berusaha mencari pertolongan dan Dobby muncul untuk menyelamatkannya. Dalam usaha meloloskan diri, mereka dihadang Wormtail yang kemudian terbunuh karena tercekik oleh tangan perak Wormtail yang dibuat Voldemort tanpa berhasil ditolong oleh Ron dan Harry. Mereka berdua kemudian menolong Hermione dengan bantuan Dobby, yang tewas dibunuh oleh Bellatrix.
Harry dan kedua sahabatnya kemudian berusaha mencari rencana baru. Ia menanyai Ollivander mengenai Elder Wand dan mendapati bahwa pemilik terakhirnya adalah Dumbledore. Ia berusaha untuk mencegah Voldemort mengambilnya dari makam Dumbledore. Dibantu Griphook, Hermione menyamar sebagai Bellatrix Lestrange dan bersama-sama Harry dan Ron memasuki lemari besi Bellatrix di Bank Gingrott’s. Di sana mereka menemukan satu lagi Horcrux, piala Hufflepuff. Griphook kemudian mengkhianati mereka dan melarikan diri dan mencuri pedang Godric Gryffindor. Harry, Ron, dan Hermione berhasil melarikan diri, tetapi Voldemort menyadari bahwa mereka mencari Horcrux-Horcruxnya.
Harry mendapatkan penglihatan segera setelah pelarian mereka; ia dapat melihat melalui mata Voldemort dan mengetahui pikirannya. Voldemort telah mendatangi tempat-tempat Horcurxnya disembunyikan dan mengetahui bahwa mereka telah lenyap dan hancur. Secara ceroboh, Voldemort mengungkapkan bahwa Horcrux terakhir berada di Hogwarts. Ketiganya segera pergi ke Hogsmeade untuk mencari jalan masuk ke sekolah Hogwarts. Di Hogsmeade, mereka disudutkan oleh para Pelahap Maut dan diselamatkan oleh Aberforth Dumbledore. Aberforth membuka jalan terowongan ke Hogwarts di mana mereka disambut oleh Neville Longbottom. Setelah menyelamatkan jiwa Draco Malfoy, Harry menemukan Mahkota Ravenclaw tersembunyi di Kamar Kebutuhan dan benda itu dihancurkan.
Di Shrieking Shack, mereka mendapati Voldemort membunuh Severus Snape dengan tujuan untuk mentransfer kekuatan Elder Wand kepada dirinya sendiri. Dalam sekaratnya, Snape memberikan memorinya kepada Harry. Dari memori itu terungkap bahwa Snape berada di sisi Dumbledore, didorong dengan cinta seumur hidupnya kepada Lily Potter. Snape telah diminta Dumbledore untuk membunuh dirinya jika situasinya mengharuskan demikian; karena bagaimanapun juga hidupnya tidak akan lama lagi akibat kutukan yang terdapat di Horcrux Cincin Gaunt. Selanjutnya, terungkap pula bahwa Harry adalah Horcrux terakhir Voldemort, dan ia harus mati juga sebelum Voldemort dapat dibunuh. Pasrah akan nasibnya, Harry mengorbankan diri dan Voldemort melancarkan kutukan untuk membunuhnya. Tapi alih-alih membunuh Harry, kutukan itu malah menghancurkan bagian dari jiwa Voldemort yang terdapat di tubuhnya. Pada akhirnya, setelah Nagini dibunuh oleh Neville, Voldemort kemudian terbunuh setelah mencoba menggunakan Kutukan pembunuh Avada Kadavra terhadap Harry. Kutukan itu berbalik menyerang Voldemort sendiri oleh Elder Wand.
Dalam kisah di akhir buku, pada tahun 2017, 19 tahun setelah Pertempuran di Hogwarts, Harry dan Ginny Weasley telah memiliki tiga anak bernama James, Albus Severus, dan Lily. Neville Longbottom telah menjadi guru Herbologi di Hogwarts. Ron dan Hermione telah memiliki dua anak bernama Rose dan Hugo. Draco Malfoy memiliki anak bernama Scorpius. Mereka seluruhnya bertemu di stasius kereta api King’s Cross, untuk mengantar anak-anak mereka bersekolah ke Hogwarts. Di sana diungkapkan bahwa bekas luka Harry tidak pernah sakit lagi setelah kekalahan Pangeran Kegelapan.

Kamis, 09 September 2010

Rènghap Geulis

Meusmeus regot, meusmeus regot Ki Aduy jeung Ni Otih patukang tonggong ngarinum cèndol. Beurang panas èrèng-èrèngan. Kuring kumètap. Tapi boga duit timana, apan gawè gè can boga deui, sanggeus tilu poè katukang disiksa PHK.   Leuwih parna, pamajikan pundung, kabur ti lembur nyorang bapa jeung indungna nu geus lila nyicingan imah kontrakan di Jakarta. Orokaya kuring ngaulah-ulah, da cenah manèhna mah geus teu betah deui rumah tangga jeung salaki nu mindeng dibintih hutang jeung teu awèt gawè.
Tapi kuring can ngarti naha pamajikan bet kudu kabur ti lembur, apan geus lila cicing didieu tèh. Teu kudu pundung kaduhung rungsing ka kuring, urang geus dua tahun leuwih rumah tangga tèh, Eulis. Sakuat-kuatna gè kuring nyanghareupan hirup, teu welèh wè butuh nu ngarojong, butuh nu maturan. Eulis, mun seug anjeun satia maturan kuring didieu, moal poekeun kieu hirup kuring tèh. Kuring reugreug. Sanajan loba kakurangan, lamun pareng dilakonan ku duaan mah, tangtu bisa katambalan.
Kuring teu eureun-eureun leumpang sorangan, najan can nyaho kamana belah unggah. Geus karasa jegjreg ceker. Tapi leumpang sapanjang jalan pilemburan mah, teu welèh wè pada naranya. Mang Nono nanya naha teu ngilu ngusep. Neng Mirna nanya bari imut ngaheureuyan. Ki Momon aki-aki tujuh mulud, ngajak moro langlayangan. Nini Iin nolol ti jandèla imahna ngadon nanyakeun hartina global warming. Kuring ukur bisa gogodeg sapanjang jalan. Bororaah nèmbal, apan pikiran titatadi gè geus teu puguh jurus.
Kuring tuluy leumpang, mapay kebon, mapay galengan. Hariwang jeung kahayang teu welèh seseledek dina rohangan hatè. Kuring ngarandeg hareupeun saung teu jauh ti jalan, diuk nyalsè ngareureuhkeun kacapè hate. Rènghap kuring garing lir ibarat aya seuneu ngabebela dina jero dada.
Di jalan lembur katempo barudak leutik maraèn sapèda. Aya ogè nu langlayangan. Si Nanang jeung si Lani anteng maèn kalèci. Tukang tarompet di gembrong barudak. Sora tarompèt geus silih tèmbal najan ganti taun masih dua poè kènèh. Nini Otih ngarenghik ka Ki Aduy hayang dipangmeulikeun tarompèt jiga barudak. Ki Aduy pungak-pingeuk, kusuwal-kusiwel ngodokan saku bajuna.
Di belah wètan, Nini Ocih katempo nalaktak gugurawilan dina tangkal jambu nu Haji Uyud, jiga nu hayang dibandring. Si Akina bangun nyalsè ngabaheuhay niup suling gigireun tangkal. Kolot di lembur mah gening mani jaragjag, pait daging pahang tulang, teu kawas kolot di kota nu saeutik-saeutik geuring nyangsaya.
Nempo maranèhna, kuring ujug-ujug inget ka umur sorangan nu bakal ngolotan. Jiga daun garing. Jiga warna panon poè nu rèk nyumput. Kuring hayang mèakeun umur di lembur, nempo alam nu weuteuh maplak pepelakan. Hiliwir angin tibelah gawir. Ngan hanjakal Eulis geus teu ngilu diuk gigireun kuring…
***
Nepika poè isukna, pikiran tèh masih pajeujeut. Kudu timana heula ngamimitian sangkan hirup bisa robah. Jiga kamari, wanci haneut moyan, kuring geus ngadaweung hareupeun imah. Sora hayam silih tèmbal. Sakapeung kadèngè sora domba Mang Dadang belah girang nèmbalan lagu dangdut ti imah Kang Maman. Kuring saukur bisa nempo nu pareng lalar liwat di jalan. Leng pikiran nguliat deui. Panon geus cangkeul tetempoan. Hatè geus teu genah rarasaan. Imah leutik geus teu kaurus. Pakarangan balatak. Tikotok tingarenclo di buruan.
Tibaheula kuring sok ngandelkeun pamajikan nu ngurus imah. Dipikir-pikir mah naon salahna ngurus rumah tangga mah ku opat leungeun, ambèh pamajikan teu ngarasa digawèkeun. Apan èta mah geus kawajiban pamajikan, lin? Tapi naon kawajiban kuring ka Eulis salila ieu? Kalangkang Eulis kokolèbatan, teu welèh kacipta dina ingetan, peureum kadeuleu benta karasa.
Duh, Gusti, euweuh pamajikan mah hirup tèh asa cicing sorangan di jero sumur nu poèk.
Lamun sangheuk leuleumpangan, kuring sok ngadon ngahuleng sisi walungan gedè. Nyawang pikahareupeun. Naha bet jadi ngeleper kieu hirup tèh? Sarua ngeleperna pareng nyanghareupan Pa Junaedi bandar kai nu teu bosen jeung teu poho nagih hutang ka kuring. Sajeroning kokolèbatan kalangkang Eulis, sakapeung kalangkang Pa Junaedi sèsèlèkè ngawur kapaur dina pikiran kuring.
Halah kèder hatè tèh lamun nempo Pa Junaedi ngamang-ngamang bedog rèk nagih hutang. Nempo ramona gè sagedè gedang. Mun diteunggeul ku manèhna tangtuna kuring jehjer, teu walakaya. Panonna bolotot. Huntu gè sakitu wewegna, tangtu cilaka mun ngègèl. Puringkak bulu punduk kuring nulak taktak.
Hariwang, melang, sieun teu welèh nyiksa, baur jeung kapaur milampahan hirup kahareup.
Sok hayang ujug-ujug beunghar, ngalayah duit di tengah imah. Sok kabita nempo Haji Daud nu loba harta. Mobilna dua jeung imahna dua umpak. Mun balik gawè tèh sok angkaribung ku bawaan. Leungeun pamajikanna gè reunceum ku barang mahal. Leng pipikiran dungdeng rinyay tetempoan. Nyel ambek.
Teuing geus sabaraha lila kuring diuk sisi walungan. Sora cai walungan lir ibarat sora getih nu ngagolak nyaksrak jero awak. Kuring ngarènghap panjang. Eungap, nahan amarah nu teu daèk ingkah. Karasa leler deui kaambek tèh. Kuring melong langit jeung tatangkalan. Kuring nempo Neng Marni jongjon nyeuseuh luhureun batu walungan. Sok ngadadak inget ka pamajikan. Kuring nyegruk ceurik.
“Kunaon, Delon? Kawas cucurut kaibunan waè…” kadèngè aya nu nanya ti tukangeun. Kuring ngalieuk. Brah ki Dede keur ngangkat calana. Buukna dipolès beureum. Kuring ukur seuri konèng, tuluy nyumputkeun beungeut, nahan inghak.
“Ceuk kuring gè naon, tong loba nonton sinètron, jadi wè teu kaopan.” Ceuk ki Dede bari tuluy ngarandeg hareupeun kuring. “Pohokeun awèwè kitu mah, nèangan deui wè.” Pokna bari tuluy leumpang rusuh muru walungan.
“Rèk kamana, Ki, mani rusuh?” kuring nanya.
“Puguh acara gaplèh gè di pause heula, teu kuat hayang miceun.” Ceuk Ki Dede bari ngalieuk ngusapan beuteung sorangan.
“Tong miceun didinya, di hareup aya Neng Marni keur nyeuseuh.” Ceuk kuring bari nunjuk Neng Marni nu masih jongjon nyeuseuh. “Watir, ètana palid ka Neng Marni.”
“Baruk aya nu nyeuseuh?” ki Dede ulak-ilik. “Baè ah, ieu mah darurat.” Pokna bari morosotkeun calana. Kuring nangtung bari gogodeg, tuluy ngalèos rèk balik. Katempo panon poè eumeul-eumeul. Tikajauhan kadèngè Neng Marni ngagorowok. “Ema! Ki Dede ngarudal!”
“Hampura Nyai! Ieu mah teu bisa di pause!”
***
Reup maghrib. Jelema jul-jol ka tajug rèk solat maghrib. Kuring ti tatadi geus nempo Aki kuring sila nukangan. Sok jadi sedih. Iwal Aki Dasmi nu masih deukuet jeung kuring ayeuna sanggeus pamajikan ninggalkeun kuring, sanggeus kabeh ninggalkeun kuring. Rèngsè solat, Ki Dasmi nyampeurkeun kuring nu anteng sila. Gèk manèhna diuk nyanghareup kuring.
“Geus tilu poè kuring nempo ilaing loba ngahuleng. Mikiran pamajikan, lin?” Ki Dasmi miheulaan ngomong. Kuring ukur bisa ngeluk tungkul. Ki Dasmi ngarènghap panjang.
“Yeuh, lamun jodo mah si Eulis tangtu balik deui. Nya kitu deui lamun teu jodo, wayahna.” Pokna. Kuring beuki ngeluk. Geumpeur nahan kasedih.
“Tapi nu penting mah ayeuna, kumaha ilaing satèkah polah ngayakinkeun pamajikan.” Ceuk ki Dasmi nuluykeun.
“Ki, kuring geus dua kali jauh-jauh panjang gagang ngadatangan pamajikan ka Jakarta sangkan bisa riung mumpulung deui di lembur, tapi diolo gè embungeun deui balik ka lembur. Kuring geus merul ngirim surat maksud ngayakinkeun, tapi hasilna kieu. Kuring hayang akur deui, tapi manèhna geus ngomong teu betah rumah tangga jeung kuring. Kuring geus pegat harepan.” Ceuk kuring dareuda.
“Ilaing boga salah naon ka pamajikan?” ki Dasmi nanya semu heran. Kuring ngabetem.
“Nya sanggeus di PHK tèa, Ki, kuring jeung pamajikan pasèa waè.” Ceuk kuring
“Aèh, lain geus opat kali ilaing di PHK tèh, tapi baheula mah pamajikan teh teu kabur. Malah mèrè sumanget, lin?” Ceuk Ki Dasmi heran naker. “Naha ayeuna mah bet kabur?”
“Pangpangna mah sanggeus pamajikan nyahoeun kuring gedè hutang ka Pa Junaedi.” Ceuk kuring beuki ngeluk.
“Baruk ilaing boga hutang?” Ki Dasmi semu nu reuwas. Kuring unggeuk.
Ki Dasmi ngarènghap panjang. Sakapeung mah batuk ngohkoy. Teu karasa geus asup solat isya. Ki Dasmi nangtung ngajak solat bareng. Rèngsè solat Ki Dasmi ngajak kuring ka imahna. Peuting ayeuna Ki Dasmi mènta kuring maturan manèhna. Di tengah imah lampu bohlam koneng ayun-ayunan katebak angin nu asup tina liang para imah. Cahyana oyag-oyagan nyieun kalangkang dina bilik. Samak diamparkeun, kuring jeung Ki Dasmi dariuk, tuluy Ki Dasmi ngawangkong deui.
“Jang, tong hariwang ku hutang; lamun daèk ngèsang mang tangtu katalang. Tong melang ku kahayang; lamun kabayang mah tangtu kasorang. Tong pegat harepan. Kudu dileukeunan nya, urang kudu sabar jeung daèk ngèsang. Jang, hirup mah mun teu ngoprèk moal nyapèk. Kadè, mun pareng aya masalah, tong ditèmbal ku amarah. Kudu merenah mikiran jeung mèrèskeunna. Omat tong luhur teuing ngukur, lantaran hirup mah kacegat umur jeung liang kubur…”
Jempling sajongjonan.
“Jang, tong loba ngahuleng teu puguh, arèk mah ngeunteung katukang. Kudu diajar bungah dina susah, sangkan teu guligah. Tong nyapirakeunn kasalahan leutik, mun seug ngumpul mah sok hèsè ngerik. Lamun meunang rijki, kudu bisa ngeureut neundeun. Jang, kadè kudu somèah ka sèmah, akur jeung dulur salembur. Tong sombong, tong jahat ka sasama, tong nganyenyeri hatè batur. Omat, Jang, robah lampah. Poè ayeuna kudu leuwih hadè batan poè kamari. Poè isuk kudu leuwih hadè batan poè ayeuna. Cag geura niatkeun hirup bener…” Ceuk Ki Dasmi. Kuring nyuuh kanu jadi Aki. Sumegruk ceurik.
“Jang, ieu tarima duit ti kuring.” Ceuk Ki Dasmi bari mikeun kaen coklat. “Kuring tibaheula ngumpul-ngumpul. Susuganan jaga mangpaat, boh ka kuring sorangan, boh ka dulur. Tibaheula gè kuring mah embung makè duit kaleuleuwihi, mangkana awèt. Tarima, Jang. Tong ngarasa kasinggung.” Pokna. Kuring olohok. Ki Dasmi muka tali kaèn, katempo duit ti mimiti nu lecek nepika nu heuras ngagulung dibeungkeut karet.
“Duit halal ieu mah, Jang. Ladang kèsang…Sugan wè bisa ngalunasan hutang ilaing.” pokna. Leungeun kuring ngadègdèg narimana. Sabot kuring masih olohok nempo duit, Ki Dasmi ngagolèdag sasarèan. Manèhna neuteup lalangit. Kuring ngilu ngagolèr gigireunna bari teu ngiceup neuteup duit dina leungeun.
“Ki…”
“Jang, tong hariwang ku hutang ka jelema. Hutang nu kudu dipikamelang mah nyaèta hutang ka Gusti Nu Maha Agung.” Ceuk ki Dasmi. Sorana laon.
“Hutang ka Gusti? Hutang naon, Ki?”
“Hutang kahirupan.”
“Kunaon mayarna, Ki?”
“Ibadah jeung amal hadè…”
Peuting beuki jempling. Reup kuring peureum. Poèk. Teu karasa kabèh dunya pareum dirawu peureum. Sajorelat pikiran jeung rarasaan nyawang dina jengkal sarè. Inget-inget geus bedug shubuh. Adan geus ngahaleuang ti tajug. Tong reuwas lamun jempling peuting bisa nyarita nu leuwih singget tur pinuh rasiah sual kahirupan jeung pilampaheun, nu sapanjang janari nepika sareupna dipikiran panjang, dipilih-pilih, dipajang, ditimang-timang…
“Aki!!!” kuring ngagorowok meupeus simpèna shubuh. Rugap-ragap awak Ki Dasmi nu ngajelepeng tiis teu usik-usik. Jul-jol jalma daratang muka panto imah. Innailahi wa innailahi Raoji`uun…
***
Gusti, umur mah anjeun nu ngatur. Umur ngora bisa waè isuk maot. Aki Dasmi mulang, beuki melang wè kuring hirup sorangan. Saha deui nu bisa raket deui jeung hatè kuring ayeuna? Kuring leumpang sorangan ngajugjug ka walungan. Rumangsang beurang maheutkeun deui kamelang. Kuring nangtung sisi walungan. Katempo ki Dede hanjat ti walungan. Manèhna nalikeun tali kolor, tuluy teurab mani beurat.
“Rèngsè ngarudal, Ki?” kuring nanya. Manèhna unggeuk.
“Sabar nya Jang. Tibaheula ki Dasmi sobat kuring.” Ceuk Ki Dede bari nepakan punduk kuring. Manèhna ngalèos ngajugjug jalan. Karasa deui tiis deui rarasaan, simpè hatè najan sora cai walungan kadèngè tarik. Leuleus hirup, ngudupruk sumanget. Asa lila deui rèk nabeuh harepan tèh. Kumaha ngamimitian hirup lempeng deui, heuras deui, sumanget deui? Kuring ngarasa hirup sorangan di dunya tèh, jiga batu, jiga gebog cau nu palid di walungan…
“Kang…” kadenge aya sora halimpu titukangeun kuring. Kuring ngalieuk.
“Eulis?!” kuring reuwas naker. Gusti, ngimpi lain ieu teh? Pamajikan geus aya hareupeun. Rarayna marahmay. Eulis nyuuh ka kuring.
“Hapunten, Kang, hapunten Eulis salami ieu ninggalkeun Akang. “ ceuk Eulis peura, nyegruk ceurik. Cipanonna haneut dina leungeun jeung pingping kuring. Teu karasa kuring cirambayan. Gabrug tèh kuring nangkeup pamajikan mani pageuh. Kuring bungah pisan pamajikan daèk balik deui ka lembur. Kuring jeung pamajikan namplokeun kasono nu salila dua bulan teu panggih.
“Hapunten, Kang, hapunten Eulis.” Ceuk Eulis nginghak. Kuring duaan nangtung pahareup-hareup.
“Eulis, sami-sami hapunten Akang. Ti ayeuna mah urang tong pipisahan deui nya?” ceuk kuring peura. Eulis unggeuk, inghak-inghakan nahan ceurik. Kuring tuluy ngalèng pamajikan ngajak leumpang. Sapanjang jalan kuring duaan silih teuteup pinuh kasono. Di jalan paamprok deui jeung Ki Dede.
“Walah, balik deui Eulis? Panyana tèh geus kawin jeung urang kota.” Ki Dede ngarandeg melong pamajikan kuring.
“Rèk kamana, Ki, mani rusuh? Rèk ngarudal deui?” kuring nanya.
“Tadi ngarudal, hilap teu cebok.” Pokna bari lumpat, tuluy ngajleng ka walungan. Kuring jeung pamajikan silih pelong nempo kalakuan Ki Dede. Manèhna imut ngagelenyu. Gusti, teuteup Eulis karasa iuh. Seuri Eulis karasa haneut. Kuring asa katumbu umur ku Eulis. Sapeupeuting, rènghap Eulis lir ibarat simbut. Di luar imah, sora tarompèt kadèngè silih tèmbal. Geus ganti taun…